MENYIKAPI BUDAYA CAROK DALAM MASYARAKAT MADURA



PENDAHULUAN

Boleh jadi, ketika mendengar kata Madura, dalam benak sebagian orang akan terbayang alam yang tandus, perilaku yang kasar dan arogan bahkan menakutkan. Citra negatif yang paling kentara adalah mengenai carok dan clurit. Citra negatif ini kemudian juga melahirkan sikap pada sebagian orang Madura, utamanya kaum terpelajar, merasa malu menunjukkan diri sebagai orang Madura, karena Madura identik dengan keterbelakangan atau kekasaran. Keadaan ini harus diakhiri.

Untuk itu, dibutuhkan suatu penulusaran lebih lanjut demi terbukanya wawasan masyarakat mengenai nilai-nilai budaya Madura yang selama ini disalah persepsikan. Upaya tersebut dapat dimulai dimulai dengan menonjolkan hal-hal yang positif dari Budaya Madura. Inventarisasi yang cermat terhadap nilai-nilai sosial budaya yang positif atau sering diistilahkan dengan nilai-nilai luhur perlu dilakukan. Nilai-nilai tersebut bisa kita temukan melalui tinjauan sejarah serta dalam ungkapan-ungkapan Madura yang banyak memuat bhabhurughan becce’. (nasehat-nasehat baik).

Masjid Agung Sumenep (The Great Mosque of Sumenep)

 
Mesjid Agung Sumenep menghadap ke Taman Kota, yang berada di sebelah Timurnya. Dengan gerbang besar, pintu kayu kuno, yang berdiri kokoh menghadap matahari terbit. Masjid Agung Sumenep, yang dulu dikenal dengan nama Masjid Jami’, terletak ditengah-tengah Kota Sumenep.
Masjid ini dibangun setelah pembangunan Kraton Sumenep, sebagai inisiatif dari Adipati Sumenep, Pangeran Natakusuma I alias Panembahan Somala (1762-1811 M). Adipati yang memiliki nama asli Aria Asirudin Natakusuma ini, sengaja mendirikan masjid yang lebih besar. Setelah sebelumnya dibangun masjid, yang dikenal dengan nama Masjid Laju, oleh Pangeran Anggadipa (Adipati Sumenep, 1626-1644 M). Dalam perkembangannya, masjid laju tidak mampu lagi menampung jemaah yang kian banyak.
Setelah keraton selesai pembangunannya, Pangeran Natakusuma I memerintahkan arsitek yang juga membangun keraton, Lauw Piango, untuk membangun Masjid Jami’. Berdasar catatan di buku Sejarah Sumenep (2003) diketahui, Lauw Piango adalah cucu dari Lauw Khun Thing yang merupakan satu dari enam orang China yang mula-mula datang dan menetap di Sumenep. Ia diperkirakan pelarian dari Semarang akibat adanya perang yang disebut ‘Huru-hara Tionghwa’ (1740 M).

Sumenep Berpotensi Jadi Kota Parawisata

Sumenep – Pemerintah Kabupaten Sumenep merencanakan akan menjadikan bumi Sumekar sebagai salah satu kota pariwisata di Jawa Timur. Pasalnya, dengan 129 pulau di Sumenep, memiliki potensi besar untuk menjadikan Sumenep sebagai kota pariwisata.

Berdasarkan hasil pantauan redaksi, Sumenep memiliki banyak tempat wisata, mulai dari wista relegi hingga wisata alami. Rinciannya, wisata religi antara lain Asta Tinggi, Bujuk Panaongan Kecamatan Pasongsongan, Asta Yusuf [Pulau Talango] Sumenep, Asta Standur [Kec Kota], dan beberapa lokasi lain yang sangat menarik wisatawan baik lokan maupun luar negeri.

Akan Seperti Apakah Sumenep Nanti ??

Mungkin pernah terlintas di pikiran kita “gimana sich keadaan sumenep beberapa tahun lagi ??”. Sebenarnya itu semua tergantung  bagaimana Pemerintah Kab.Sumenep mengembangkan potensi yang ada di Sumenep saat ini.

Salah satu hal yang harus dikembangkan Sumenep adalah SDM (Sumber Daya Manusia). Karena sekarang ini SDM masyarakat masih terkenal kolot dan terlalu agamis. Padahal jika SDM masyarakat bisa sejajar dengan kemajuan teknologi, potensi yang ada di Sumenep bisa terkelola dengan baik.

Sebenarnya Sumenep memiliki banyak potensi yang dapat dikembangkan, katakan sajalah dalam bidang Pariwisata. Jika Pemkab Sumenep dapat mengembangkan potensi wisata yang ada di Sumenep secara maksimal maka hal ini akan sangat menguntungkan bagi pemerintah daerah . Karena Pariwisata dapat dapat menambah porsi APBD dan juga menambah pendapatan masyarakat secara tidak langsung.

About Sumenep

11Sumenep, tanah kelahiran tempatku belajar membuat blog, merupakan salah satu dari empat kabupaten yang ada di Pulau Madura. Sumenep terletak di daerah paling timur dari Pulau Madura.

Sumenep merupakan satu – satunya kabupaten di Madura yang memiliki wilayah kepulauan. Ada hal – hal yang berbeda antara Sumenep dengan Kabupaten lain di Madura. Walaupun padhe reng Madura ternyata logat Sumenep berbeda dengan logat Kabupaten lain dan masih banyak lagi perbedaannya.